Syirikadalah dosa yang paling besar diantara dosa dosa yang ada sehingga Allah tidak mau mengampnui dosa syirik.Dan syirik itu adalah penyakit yang menimpa hati,maka kita berusaha untuk mengetahui sebab sebabnya sebagaimana seorang dokter itu berusaha untuk mengetahui sebab sebab penyakit yang menimpa jasad sehingga bisa untuk mengobatinya.
Ilustrasi perbuatan syirik. Foto Unplash. Perbuatan syirik adalah dosa yang paling dibenci Allah dan Rasulullah SAW. Syirik adalah perbuatan menyembah, menyekutukan, serta percaya pada kekuatan dan kuasa selain syirik dapat disamakan dengan perbuatan kufur ibadah. Orang-orang yang berbuat syirik kepada-Nya disebut sebagai musyrik. Allah tidak akan mengampuni orang yang berbuat syirik kepada-Nya, apalagi jika orang tersebut meninggal dunia dalam ini telah dijelaskan dalam Alquran surat An Nisa ayat 48 yang berbunyiاِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًاArtinya Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa karena mempersekutukan-Nya syirik, dan Dia mengampuni apa dosa yang selain syirik itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang tidak mendapat ampunan dari Allah, perbuatan syirik juga memberikan dampak negatif dalam kehidupan manusia. Apa saja bahayanya?Bahaya Perbuatan SyirikIlustrasi bahaya perbuatan syirik. Foto Pinterest. Ayu Amira dalam jurnal Pengaruh Strategi Pembelajaran Addie terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di Kelas X menyebutkan beberapa bahaya yang ditimbulkan dari perbuatan syirik, yaituSulit menerima kebenaran. Hati orang-orang syirik tertutup untuk menerima kebenaran yang datangnya dari Allah dan perasaan bimbang dan ragu. Gangguan batin inilah yang menjadikan mereka selalu merasa boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman. Bukan tak mungkin aturan yang ditetapkannya akan bertentangan dengan ajaran memperoleh kesenangan sementara. Itu karena di akhirat kelak, mereka akan mendapatkan siksa yang pedih dan yang dinafkahkan menjadi sia-sia. Apa yang dimilikinya tidak dapat digunakan untuk menebus siksa di akhirat SWT menilai orang-orang musyrik dengan nilai yang sangat rendah. Mereka digolongkan seperti binatang ternak, bahkan lebih rendah dan sesat daripada musyrik senantiasa memusuhi Allah. Mereka selalu menutup-nutupi nikmat Allah dan menyamakannya dengan ganjaran siksa mengapa umat Muslim harus menghindari perbuatan syirik agar terhidar dari dosa besar. Bagaimana cara menghindari perbuatan syirik dalam kehidupan sehari-hari?Cara Menghindari Perbuatan SyirikIlustrasi cara menghindari perbuatan syirik. Foto Freepik. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas X oleh Thoyib Sah Saputra, berikut cara menghindari perbuatan syirik yang bisa dilakukanSelalu menegakkan sholat. Menunaikan sholat dengan benar akan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Dengan begitu, seorang Muslim akan selalu memiliki jalan keluar untuk segala masalah yang berusaha melatih diri untuk mengingat bahwa syirik adalah dosa terbesar di antara dosa lain dan tidak akan diampuni oleh Allah mengingat Allah di manapun berada. Dengan selalu mengingat Allah, hati akan tenang dan tentram.
NAMA: WAHYUNI BUDIASTUTINIM : 144820121018PRODI : FARMASISEMESTER : 1 (SATU)MATA KULIAH : AL ISLAM DAN KEMAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SYIRIK DAN BAHAYANYA BAGI MANUSIA Disusun Oleh 1. Dini Nur Amania 1604020035 2. Nurul Azmi Pamungkas 1604020036 3. Belmiro Satria Nugrahandy 1604020037 4. Liza Pratikna 1604020038 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2017 SYIRIK DAN BAHAYANYA BAGI MANUSIA BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Muhammad Saw, kepada keluarga dan para sahabatnya serta mereka yang mengikuti jejak langkahnya dengan kebaikan hingga hari kebangkitan. Dalam surat adz- Dzariyat ayat 56 Allah SWT berfirman, “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada – Ku”. Firman in sangat jelas bahwa penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk beribadah kepada – Nya. Segala sesuatu tentang peribadahan hanyalah kepada Allah kita menyembah bukan kepada selain – Nya. Sehinnga tujuan hidup kita adalah utuk beribadah kepada Allah SWT untun menggapai ridha – Nya. Syirik yang merupakan salah satu bentuk penghambaan kepada selain Allah adalah dosa besar yang tidak terampuni. Kesyrikan manusia sudah ada dari masa dakwah para nabi hingga sekarang. Kesesatan manusia ini bukan tanpa alasan, karena tingkat keimanan yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda – beda. Dan hal ini syetan juga sangat senang dan antusias untuk selalu menggoda manusia ikut dalam kesesatan syetan. Bahwasanya syetan sudah berjanji setelah penciptaanya bahwa syetan akan terus menggoda anak cucu Adam untuk ikut sesat dan masuk neraka bersama syetan tersebut, na’udzubillah min dzalik. Permasalahan kesyirikan ini bukan suatu masalah yang kecil, ini merupakan permasalahan ummat yang sangat serius di akhir zaman seperti ini. Karena hilangnya ghirah umat muslim ini lah salah yang menjadi sebabnya. Maka dakwah untuk memerangi kesyirikan senantiasa harus di syiarkan agar ummat di dunia ini atau disekitar kita tidak terjerumus kedalam kesyirikan. Sehinnga berdasarkan permasalahan ini kami menulis sebuah makalah yang berjudul Syirik dan bahanya bagi manusia’ yang akan dibahas dibawah ini. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian syirik kepada Allah? 2. Apa saja jenis – jenis dari syirik kepada Allah? 3. Apa bentuk – bentuk syirik kepada Allah? 4. Apa yang menyebabkan terjadinya syirik pada manusia? 5. Bagaimana tindakan Rosulullah menangkal syirik? C. TUJUAN 1. mengetahui sirik kepada Alloh SWT 2. Mengetahui jenis-jenis syirik kepada Aloh SWT 3. Mengetahui bentuk-bentuk syirik kepada Alloh SWT 4. mengetahui penyebab terjadinya syirik 5. mengetahui tindakan Rosululloh menangkal syirik pada masanya BAB 2 PEMBAHASAN A. Definis Syirik Kepada Allah Swt Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih yang disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa terbesar, أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهْوَ خَلَقَكَ “…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang menciptakanmu.” Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata “Syirik ada dua macam; pertama syirik dalam Rububiyyah, yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta, sebagaimana firman-Nya قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ “Katakanlah Serulah mereka yang kamu anggap sebagai ilah selain Allah, mereka tidak memiliki kekuasaan seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam penciptaan langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’” [Saba’ 22] Kedua, syirik dalam Uluhiyyah, yaitu beribadah berdo’a kepada selain Allah, baik dalam bentuk do’a ibadah maupun do’a masalah .” Umumnya yang dilakukan manusia adalah menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah adalah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah di samping berdo’a kepada Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih kurban, bernadzar, berdo’a, dan sebagainya kepada selain-Nya. Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “… Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” [Luqman 13] Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلاَثًا، قَالُوْا بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ َاْلإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ -وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ- أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرِ. قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ. “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya tiga kali. Mereka para Sahabat menjawab “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda “Syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak seraya bersabda- “Dan ingatlah, yang ketiga perkataan dusta!” Perawi berkata “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.” Syirik menyekutukan Allah dikatakan dosa besar yang paling besar dan kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq Pencipta pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Akan tetapi, jika disebutkan secara mutlak, syirik berarti memalingkan suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus. Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadah- jika disebut secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah menimpa kaum Nabi Nuh alaihissalam. Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi Nuh terdapat beberapa orang saleh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada manusia-manusia setelah mereka untuk mendirikan patung orang-orang saleh tersebut dan menamakannya dengan nama-nama mereka. Hal itu bertujuan untuk membuat mereka semangat dalam beribadah tatkala melihat patung tersebut. Kala itu tiada seorang pun yang menyembah patung itu. Akan tetapi, ketika generasi pembuat patung wafat dan manusia berada di dalam kungkungan kebodohan, maka generasi setelahnya menjadikan patung-patung tersebut sebagai sesembahan. Mereka telah menduakan Allah dan itulah sebesar-besar dosa. B. Jenis-Jenis Syirik Syirik ada dua jenis Syirik Besar dan Syirik Kecil. 1. Syirik Besar Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati mayit yang dia menurut perkiraannya akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah saja.[9] Allah Ta’ala berfirman دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Do’a mereka di dalamnya adalah, Subhanakallahumma,’ dan salam penghormatan mereka adalah Salaamun.’ Dan penutup do’a mereka adalah Alhamdulillaahi Rabbil aalamin.’” [Yunus 10] Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat daripadanya. Syirik besar ada banyak, sedangkan di sini akan disebutkan empat macamnya saja a. Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selain-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ “Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka kembali mempersekutukan Allah.” [Al-Ankabuut 65] Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Huud 15-16] b. Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan juga mereka menjadikan rabb al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah 31] c. Syirik mahabbah kecintaan, yaitu menyamakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal kecintaan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari Kiamat, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya niscaya mereka menyesal.” [Al-Baqarah 165] 2. Syirik Kecil Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah jalan, perantara kepada syirik besar. Syirik kecil ada dua macam Syirik zhahir nyata, yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ. “Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik.” Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan berkata “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik. Engkau mengucapkan Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan mengucapkan Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan وَرَبِّ الْكَعْبَةِ، وَأَنْ يَقُوْلُوْا مَاشَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ. “Demi Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan “Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.’” Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ. “Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ. “Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.” Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِذَا حَلَفَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَقُلْ مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ. “Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ. “Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.” Kata ثُـمَّ kemudian menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ “Dan kamu tidak dapat menghendaki menempuh jalan itu kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir 29] Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat tamimah karena takut dari ain mata jahat atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyerta untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab hilangnya marabahaya dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar syirik besar, karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah. Syirik khafi tersembunyi, yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ ingin dipuji orang dan sum’ah ingin didengar orang, dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya karena dilihat orang atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca Al-Qur-an agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya. Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut tertolak, karena itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا “Katakanlah Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu, yang diwahyukan kepadaku Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.’’ Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi 110] Maksudnya, katakanlah wahai Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu “Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka barangsiapa yang menganggap diriku Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah pendusta, hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bawa. Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara ghaib lainnya, melainkan sebatas yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa ilah sesembahan yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya -yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syari’at-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Kedua hal tersebut amal shalih dan tidak menyekutukan Allah merupakan rukun amal yang maqbul diterima. Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah menjauhi perbuatan syirik dan harus sesuai dengan syari’at Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، فَقَالُوْا وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ اَلرِّيَاءُ. “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka para Sahabat bertanya “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Yaitu riya’.” [18] Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk mendapatkan harta benda. Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda تَعِسَ عَبْدُ الدِّنَارِ، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ. “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah, celakalah hamba khamilah [19]. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”[20] C. Bentuk Bentuk Syirik 1. Syirik di dalam ibadah uluhiyyah Syirik di dalam uluhiyyah Allah bermakna menyekutukan Allah di dalam ibadah. Atau dengan arti lain menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Ini adalah definisi syirik ketika penyebutannya bersifat mutlak. Karena kesyirikan ini yang paling menjamur, dan parahnya, tidak banyak orang yang menyadari akan hal itu. Betapa banyak manusia menduakan Allah di dalam penghambaan dirinya tanpa mereka sadari. Termasuk ibadah di antaranya adalah salat, zakat, puasa, sembelihan, sumpah, doa, istigasah, cinta, takut, harap, dan segala bentuk peribadahan seorang hamba kepada Allah. Oleh sebab itu, termasuk bentuk kesyirikan ketika seseorang menyembelih kurban untuk jin semisal sesajen, berdoa meminta pertolongan kepada orang mati, atau penyelewangan ibadah lainnya kepada selain Allah. Allah Ta’ala berfirman, وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu ialah milik Allah. Maka janganlah kalian menyembah sesuatu pun di dalamnya selain Allah.” QS. Al-Jinn 18 2. Syirik di dalam perbuatan Allah rububiyyah Syirik di dalam rububiyyah Allah berarti meyakini adanya selain Allah yang melakukan perbuatan-perbuatan Allah. Atau menyamakan makhluk dengan Allah dalam hal-hal yang merupakan kekhususan rububiyyah-Nya. Misalnya, memercayai adanya sang pencipta selain Allah, pemberi rezeki, penurun hujan, dan pengatur alam semesta. Syirik jenis ini umumnya sedikit. Karena kaum kafir Quraisy yang diperangi oleh Rasulullah pun meyakini tauhid jenis ini. Allah Ta’ala berfirman, قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ “Katakanlah wahai Muhammad, Siapakah yang memberi kalian rezeki dari langit dan bumi? Siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan? Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup? Siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab, Allah.’ Maka katakan, Lantas mengapa kalian tidak bertakwa?” QS. Yunus 31 3. Syirik di dalam nama dan sifat-Nya asma’ wa shifat Syirik di dalam al-asma’ wa ash-shifat bermakna menjadikan sekutu bagi Allah, baik itu di dalam salah satu nama-Nya, atau salah satu sifat-Nya. Allah Ta’ala berfirman, لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ “Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha melihat.” QS. Asy-syura 11 D. Pennyebab terjadinya syirik pada manusia Pada dasarnya penyebab timbulnya kesyirikan sangat banyak sekali, dan pada pembahasan singkat ini kita berusaha menyebutkan pokok-pokoknya yang kemudian dari pokok inilah menjadi bercabang, diantara pokok-pokok tersebut adalah 1. Berlebih-lebihan dalam memuji Rasul atau memuji orang shaleh. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memperingatkan akan hal itu dalam sabda beliau “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa anak Maryam, sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan rasul-Nya”. HR. Bukhari dan Muslim. Jika berlebih-lebihan dalam memuji Nabi adalah sesuatu yang terlarang, tentu lebih terlarang lagi jika berlebihan dalam memuji selain beliau dari orang-orang shaleh atau yang lainnya. Dan hal inilah yang merupakan penyebab kesyirikan pertama dalam kehidupan umat manusia, yaitu pada umat Nabi Nuh Alaihissalam, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya “Dan mereka berkata ; Jangan sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kami meninggalkan penyembahan Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr”. QS. Nuh 23 Ibnu Abas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan Kelima nama ini adalah nama orang-orang shaleh dari kaum Nabi Nuh Alaihissalam. Maka tatkala mereka orang-orang shaleh itu wafat, syetan mempengaruhi kaum Nabi Nuh agar membuat patung-patung mereka di majelis yang biasa mereka duduk padanya dalam rangka mengingat orang-orang shaleh tersebut, dan syetan juga mempengaruhi mereka agar memberikan nama patung tersebut sesuai dengan nama orang-orang shaleh itu, maka merekapun melakukannya. Ketika itu patung-patung itu belum disembah. Akan tetapi ketika orang-orang yang membuat patung tersebut meninggal dunia dan ilmu agama telah hilang maka patung-patung itupun disembah. HR. Bukhari 8/667 dan lihat tafsir Ibnu Katsir. Berlebih-lebihan dalam memuji Rasul atau orang-orang shaleh adalah dengan menempatkan mereka sejajar dengan Allah, baik dalam pujian ataupun keyakinan akan sifat dan ilmu mereka, beristighatsah meminta perlindungan kepada mereka ketika tertimpa bencana, tawaf dikuburan mereka, tabarruk mencari berkah dari kuburan atau barang-barang peninggalan mereka, bertawassul menjadikan perantara dengan mereka dalam do’a, menyembelih di kuburan-kuburan mereka dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada mereka, berdo’a dan meminta tolong kepada mereka padahal mereka telah meninggal dunia dan lain sebagainya. Sebagian orang mengatasnamakan perbuatan-perbuatan tersebut sebagai wujud kecintaan kepada Nabi atau orang-orang shaleh dan ini adalah anggapan yang keliru lagi menyesatkan, justru perbuatan ini adalah kesyirikan yang sangat nyata yang telah diperingatkan Allah dan rasul-Nya. Mencintai Nabi dan orang shaleh pada hakikatnya adalah sesuai dengan apa yang telah diajarkan Al-Quran dan Sunnah serta apa yang telah dicontohkan oleh para salafus-Shaleh, yaitu dengan mengetahui keutamaan-keutamaan mereka dan mencontoh mereka dalam amal shaleh, tanpa meremehkan atau berlebih-lebihan terhadap mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka Muhajirin dan Anshar, mereka berdo’a ; Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman, Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha penyayang”. QS. al-Hasyr 10 2. Ta’ashshub fanatisme Fanatik terhadap tradisi dan peninggalan nenek moyang, walaupun itu bathil dan bertentangan dengan yang hak khususnya dalam masalah aqidah. Allah berfirman dalam Al-Quran “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah apa yang telah diturunkan Allah. Mereka menjawab , tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami. Apakah mereka akan mengikuti juga walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun dan tidak mendapat petunjuk”. QS. al-Baqarah 170 Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman “Dan demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorangpun sebagai pemberi peringatan dalam suatu negeri melainkan orang-orang yang hidup mewah para pembesar di negeri itu berkata ; Sesungguhnya kami mendapatkan bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah mengikuti jejak-jejak mereka”. QS. az-Zukhruf 23 Hal inilah yang tertanam pada diri kaum musyrikin dari zaman dahulu sampai sekarang, dimana mereka sangat fanatik kepada peninggalan dan adat istiadat nenek moyang, dan karena itu mereka tidak segan-segan untuk berpaling dan menepis kebenaran yang bersumberkan kepada Al-Quran dan sunnah Nabi Shallallahu alaihi wasallam, bahkan ada juga diantara mereka yang menyalahkan kebenaran tersebut dengan berbagai dalih dan sebutan, seperti aliran baru, menyelisihi tradisi, memecah belah umat, membuat resah dan sebagainya. Sehingga kita akan menemukan kisah para nabi dan rasul dalam al-Quran, dalam menghadapi kaum mereka sering berhadapan dengan orang-orang yang berwatak seperti ini, seperti kisah Nabi Nuh alaihissalam dengan kaumnya dalam surat Al-Mukminun 23 dan 24, kaum Nabi Shaleh dalam surat Hud 62, kaum Nabi Ibrahim dalam surat as-Syura 73, kaum musyrikin jahiliyah dalam surat Shad 6 dan 7 serta kisah-kisah yang lainnya. Maka, sudah sewajarnya para ulama dan para da’i yang menyeru umat kepada risalah tauhid juga akan mengalami hal yang serupa, akan mendapat tantangan dan kecaman dari orang-orang yang begitu fanatik kepada peninggalan dan ajaran nenek moyang kendatipun hal tersebut bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Dan dari kefanatikan inilah akhirnya timbul sikap menentang dan berpaling dari kebenaran yang kemudian akan berujung kepada kesyirikan. Mungkin saja alasan mereka untuk tetap pada ajaran nenek moyang walaupun bertentangan dengan kebenaran adalah karena rasa penghormatan kepada leluhur dan sesepuh mereka, sehingga jika kita tidak menjalankan seperti apa yang ada pada mereka seolah-olah ada rasa penentangan dan meremehkan mereka, bukankah dalam Islam kita diperintahkan untuk patuh dan menghormati orang tua ? Dalil ini mungkin dapat kita jawab dengan firman Allah Ta’ala “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. QS. Al-Hujurat 1. Dan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam “Tiga hal yang jika ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, hendaklah Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lainnya ……”. HR. Bukhari dan Muslim Dan sabda beliau “Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta”. HR. Muslim Dari ayat dan hadits di atas jelaslah bagi kita bahwa barometer dalam kebenaran yang mesti kita ikuti adalah Allah dan rasul-Nya, bukan perasaan dan hawa nafsu, sekaligus menunjukkan kebathilan dalih dan alasan yang mereka kemukan. 3. Kebodohan terhadap aqidah yang benar. Keengganan untuk mempelajari atau mengajarkan aqidah yang benar atau sangat sedikitnya perhatian terhadapnya, maka akan melahirkan generasi yang tidak mengenal aqidah yang benar tersebut serta tidak menyadari kedudukannya dalam kehidupan mereka, atau mereka tidak lagi mengetahui hal-hal yang menyelisihinya dan membatalkannya. Sehinga pada akhirnya mereka tidak lagi dapat membedakan yang hak dengan yang bathil, atau bahkan meyakini yang bathil itu hak dan yang hak itu adalah suatu kebathilan, Allahul Musta’an. Amirul mukminin Umar bin Khatthab radhiallahu anhu pernah mengatakan bahwa Sesungguhya nilai-nilai keislaman itu akan dicabut sedikit demi sedikit, jika di dalam Isla tumbuh dan berkembang orang-orang yang tidak mengenal jahiliyah. Oleh karena itu agama kita mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan memberantas kebodohan, mengenal yang hak agar mereka dapat mengikutiya sekaligus mengetahui yang bathil agar mereka dapat membentengi diri darinya. Maka kebodohan adalah awal dari kebinasaan, karena kebodohan seseorang akan jauh dari jalan Allah, karena kebodohan seseorang akan berpaling dari agama Allah, karena kebodohan seseorang akan terjerumus dalam kemaksiatan dan dosa. Karena kebodohan, seseorang akan tenggelam dalam kesyirikan, karena kebodohan mungkin seseorang akan mengatakan bukankah Allah tidak menghukum seseorang jika ia bodoh tidak mengetahui ? Kita bisa menjawabnya dengan mengatakan Benar, tetapi bukankah Allah dan rasul-Nya memerintahkan kita untuk tau. Apa yang anda katakan benar adanya jika anda telah berusaha, namun jika hal tersebut setelah ada usaha atau berada di luar kemampuan anda, karena Allah berfirman “Allah tidak membebani kecuali apa yang mereka mampu untuk memikulnya” QS. al-Baqarah 286. Dan lihatlah bagaimana Allah kelak akan membantah apa yang diungkapkan oleh orang-orang yang beralasan bahwa mereka telah dibodohi oleh nenek moyang mereka sementara mereka tidak tahu, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al-A’raf 38. Inilah beberapa sebab pokok yang menyebabkan timbulnya kesyirikan yang telah diperingatkan oleh Allah dan rasul-Nya kepada kita semua agar kita dapat menjauhinya dalam kehidupan kita, karena kesyirikan tersebut adalah dosa besar yang dapat membuat seseorang keluar dari agama Islam dan menjadikan pelakunya kekal di dalam api neraka, Nas-alullah as-Salamah Wal Afiyah. E. Tindakan Rasulullah dalam Menangkal Syirik Upaya Nabi SAW dalam menjaga kemurnian tauhid dari perkataan dan perbuatan yang menodainya, yang membuat kemurnian tauhid menurun dan berkurang. Hal seperti itu banyak terdapat dalam banyak hadist Nabi SAW. Sementara, Rasulullah SAW sangatlah menyayangi umatnya, sangat ingin agar kita terhindar dari kesyirikan. Karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi was sallam berupaya menutup pintu-pintu kesyirikan, dengan cara sebagai berikut 1. Tidak berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW Seperti sabda beliau ” janganlah kalian berlebihan memujiku seebagaimana orang – orang nasrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku ini tiada lain adalah hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan Rosul – Nya”. Beliau SAW membenci kalau mereka mengarahkan pujian kepada beliau karena menjerumuskan mereka kepada sikap berlebih – lebihan terhadapnya. Beliau memberi kabar bahwa mengarahkan pujian kepada orang yang dipuji –walau memang begitu adanya- termasuk perbuatan syetan, karena senang memuji kepadanya akan membawanya kepada sikap membanggakan diri, dan itu menafikkan kesempurnaan tauhid. Ibadah tidak akan tegak kecuali dengan berputar pada porosnya, yaitu ketundukan yang amat sangat dalam kecintaanya yang paling tinggi. 2. Beliau melarang kita dari melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan Larangan menjadikan kubur beliau sebagai ied tempat yang didatangi berulang-ulang. Syaikhul islam rahimahullahu berkata, “kata Al – Id merupakan kata benda sebutan terhadap pertemuan umum yang kembali terulang yang berlaku menurut kebiasaan, baik kembali dengan kembalinya tahun, minggu, bulan, dan lain sebagainya.” Ibnu Al Qayyin rohimahullahu berkata “ Al Id adalah sesuatu yang biasa didatangi dan dituju, baik berupa masa ataupun tempat. Jika berupa nama tempat maka ia adalah tempat yang dimaksudkan didalamnya untuk berkumpul, dijadikan tempat ibadah dan sebagainya, sebagimana masjidil Haram, Minna, Musdalifah, Padang Arafah dan al Masya’ir yang dijadikan oleh Allah sebagai Id bagi kaum Hunafa’orang orang yang lurus, sebagaimana pula dia menjadikan hari – hari ibadah di tempat - tempat tersebut sebagai Id. Dan dalam hal ini rosulullah melarang untuk melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagi tempat ibadah dan melarang kuburan beliau untuk di jadikan sebagi tempat Id sebagaimana sabdaNya ; Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda“jangan jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan jadikan kuburanku sebagai Id, bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun engkau berada”. Larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah kecuali tiga masjid. Anggapan adanya tempat-tempat keramat seperti masjid-masjid, kuburan-kuburan wali atau petilasan-petilasan tertentu telah mendorong sebagian orang dengan sengaja mempersiapkan bekal untuk melakukan perjalanan jauh safar menuju tempat tersebut, baik sendirian ataupun berombongan. Mereka berkeyakinan tempat-tempat itu bisa berperan menjadikan doa dan ibadah menjadi lebih mustajab terkabul daripada di tempat-tempat selainnya. Karenanya merekapun mengkhususkan beribadah di sana terlebih lagi bila itu adalah kuburan orang-orang shalih atau wali, mereka bahkan bisa beri’tikaf dan bermalam hingga berhari-hari. Secara umum melakukan perjalanan jauh atau safar tidaklah dilarang di dalam Islam bahkan Islam mengajarkan adab safar. Akan tetapi sengaja bersafar ke suatu tempat hanya untuk melakukan peribadatan khusus di sana, seperti fenomena di atas adalah perbuatan terlarang yang bertentangan dengan hadits Nabi yang dikenal dengan hadits “Syaddur Rihal”. Nabi bersabda, لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى، وَمَسْجِدِي “Tidaklah diikat pelana unta tidak dilakukan perjalanan jauh safar kecuali menuju tiga masjid Masjidil Haram, Masjid Al-Aqsha, dan masjidku Masjid Nabawi.” HR. al-Bukhari, no. 1197, dari Abu Sa’id al Khudri. Ibnu Hajar al-Asqalany asy-Syafi’i berkata, “Yang dimaksud dengan وَلاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ adalah larangan bersafar menuju selainnya tiga masjid itu. Ath-Thibi berkata, “Larangan dengan gaya bahasa bentuk penafian negasi seperti ini lebih tegas daripada hanya kata larangan semata, seolah-olah dikatakan sangat tidak pantas melakukan ziarah ke selain tempat-tempat ini.”Fathul Bari, 3/64. Tiga masjid tersebut lebih utama daripada masjid lainnya, dikarenakan ketiganya itu masjid para Haram kiblat kaum muslimin dan tujuan berhaji, Masjidil Aqsha kiblat kaum terdahulu dan masjid Nabawi masjid yang terbangun di atas ketakwaan [lihat Fathul Bari, 3/64]. BAB 3 PENUTUP KESIMPULAN 1. Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma dan Sifat-Nya. 2. Jenis-jenis syirik yaitu syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah dan Syirik kecil yaitu syirik yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah jalan, perantara kepada syirik besar, misalnya dilakukan dalam bentuk perkataan. 3.. Syirik ada dua bentuk yaitu syirik dalam Rububiyyah yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur alam semesta dan Syirik dalam uluhiyyah yang bermakna menyekutukan Allah di dalam ibadah. 4. penyebab timbulnya kesyirikan diantaranya yaitu berlebih-lebihan dalam memuji Rasul atau memuji orang shaleh, ta’ashshub fanatisme, dan kebodohan terhadap aqidah yang benar. 5. Tindakan Nabi SAW dalam menangkal syirik sebagai contoh yaitu Tidak berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW, beliau melarang kita dari melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan Larangan menjadikan kubur beliau sebagai ied tempat yang didatangi berulang-ulang, dan adanya larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah kecuali tiga masjid. DAFTAR PUSTAKA Alu syaikh, Hasan Abdurrahman. 2002. Fathul Majid. Jakarta Pustaka Azzam Subhani, Ja’far. 1996. Tauhid Dan Syirik. Bandung Mizan Wahhab, Muhammad Bin Abdul. 2000. Tegakkan Tauhid Tumbangkan Syirik. Yogyakarta Mitra Pustaka Tim Penyusun. 2008. Akidah Akhlak al-Hikmah. Surabaya Akik Pusaka Al – Qur’an
PengertianSyirik Bahaya Syirik 1. Kezaliman yang besar (ظلم عظيم) 2. Tidak mendapat ampunan (عدم الغفران) 3. Dosa terbesar (إثم عظيم) 4. Kesesatan yang jauh (ضلال بعيد) 5. Dihapuskan amal (إحباط العمل) 6. Diharamkan surga (حرمان الجنة) 7. Masuk neraka (دخول النار) Jenis Syirik 1. Syirik besar (الشرك الأكبر) 2. Syirik kecil (الشرك الأصغر)
Faidah Tabligh Akbar Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizhahullah Ahad, 11 Jumadil Awwal 1439 H/28/01/2018 ┈•┈┈•┈┈•⊰✿📚✿⊱•┈┈•┈┈•┈ Syarah kitab tauhid ════════════════════ Tindakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam melindungi Tauhid dan menutup setiap jalan menuju kesyirikan════════════════════ 📝Ditulis Oleh Hafizh Abdul Rohman Abu Ayman Muqaddimah PRINSIP-PRINSIP DALAM BERAGAMA 1. Agama islam adalah agama dalil, Agama hujjah, bukan agama ikut-ikutan, dalil itu adalah alquran dan as-Sunnah وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. [Surat Al-Isra' 36] وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ ۗ تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ Dan mereka Yahudi dan Nasrani berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu hanya angan-angan mereka. Katakanlah, “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.” [Surat Al-Baqarah 111] 2. Agama islam wajib dipahami dengan pemahaman para sahabat. Allah yang memerintahkan hal demikian -وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا Dan barangsiapa menentang Rasul Muhammad setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali. [Surat An-Nisa' 115] Kaum mu'minin dalam ayat di atas adalah para sahabat, Mengapa kaum muslimin wajib memahami agama sesuai dengan pemahaman para sahabat? Supaya mereka tidak termasuk golongan yang sesat, menyimpang, karena nabi sudah mendapatkan kabar dari Allah bahwa umatnya pasti akan mengalami perpecahan وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan, " para sahabat bertanya, "Siapakah mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab "Mereka adalah golongan yang mana aku dan para sahabatku berpegang teguh padanya". HR. Tirmidzi, No. 2565, hadits Hasan مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah [Surat Ar-Rum 31] مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [Surat Ar-Rum 32] Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ahlussunnah wal jamaah adalah mereka yang berpegang teguh dengan alquran dan as sunnah sesuai dengan pemahaman orang-orang terdahulu salaf ash-shalih Allah akan meridhai, memberikan surga bagi orang yang mengikuti para sahabat dengan baik, bukan sekadar beragama secara ikut-ikutan tidak jelas. وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung. [Surat At-Tawbah 100] Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ وَكَانُوا يَضْرِبُونَنَا عَلَى الشَّهَادَةِ وَالْعَهْدِ "Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada zamanku generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka. Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka para shahabat mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian ". HR. Al-Bukhari, 2458 3. Agama islam adalah agama yang sudah sempurna. الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu. [Surat Al-Ma'idah 3] Semua tentang agama sudah selesai dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam, semua jalan menuju surga, sudah beliau smapaikan, semua yang menyeret pada neraka, sudah beliau peringatkan. Tolak ukur kebenaran adalah alquran dan sunnah yang difahami dengan benar sesuai pemahaman para sahabat, bukan ucapan fulan dan fulan. 4. Jika terjadi perselisihan pendapat dalam perkara agama, maka harus dikembalikan kepada dalil يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul Muhammad, dan Ulil Amri pemegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah Al-Qur'an dan Rasul sunnahnya, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. [Surat An-Nisa' 59] Perselisihan/khilafiyah itu bukanlah dalil, karena dalil adalah alquran dan as-Sunnah 5. Dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah dakwah tauhid Dakwah itu bukan asal berbicara, diundang asal datang, tapi ada tujuan yang agung, di antaranya adalah sebagai berikut Tujuan dakwah 1. Supaya manusia tidak bisa lagi beralasan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah rasul-rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. [Surat An-Nisa' 165] Dakwah terdiri dari kabar gembira bagi yang bertauhid, ibadah, beramal shalih Dakwah terdiri dari ancaman bagi yang menyekutukan Allah, bermaksiat, melakukan bid'ah dalam beragama Bila tidak ada ancaman maka, mungkin saja orang mengikuti pengajian puluhan tahun, namun dia tidak mengerti tentang kesyirikan. Allah menciptakan manusia di atas agama islam secara fitrahnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ {فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا} "Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". Kemudian Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, mengutip firman Allah QS Ar-Ruum 30 yang artinya 'Sebagai fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu". HR. Al-Bukhari, 1270 2. Menunjukan hidayah kepada manusia kepada jalan yang lurus وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu Muhammad ruh Al-Qur'an dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab Al-Qur'an dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus, [Surat Ash-Shura 52] إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” [Surat Aal-E-Imran 51] 3. Mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik, kebodohan بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ Alif Lam Ra. Ini adalah Kitab yang Kami turunkan kepadamu Muhammad agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, yaitu menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji [Surat Ibrahim 1] Inilah jalan yang lurus, yaitu mengajak manusia kepada jalan tauhid, dakwah kepada tauhid, maka tidak ada lagi alasan bagi dai untuk menunda dakwah tauhid dan memperingatkan dari kesyirikan dengan berkata "ummat belum siap menerima dakwah tauhid". Justru dailah yang harus menyiapkan ummat supaya bertauhid sebelum mereka diajak kepada ibadah-ibadah lainnya. 4. Untuk melepaskan tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ Dan ingatlah ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan lepas tanggung jawab kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.” [Surat Al-A'raf 164] Dakwah para NABI Dakwah Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan dakwah seluruh nabi dan Rasul adalah dakwah tauhid, walaupun problematika ummat itu banyak, namun mereka semua tetap memulai dakwah Dengan yang lebih penting, yaitu tauhid وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat untuk menyerukan, “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan rasul-rasul. [Surat An-Nahl 36] لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan sembahan bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat kiamat. [Surat Al-A'raf 59] Mengapa belajar tauhid??? 1. Supaya bertaubat وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِنْ رَبِّهِ ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya Muhammad tanda mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk orang yang bertobat kepada-Nya,” [Surat Ar-Ra'd 27] َ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ "Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat." 2. Menjadikan kuatnya kemauan untuk mengharapkan karunia dari Allah 3. Terbebas dari Penghambaan terhadap manusia, karena dia hanya ibadah untuk Allah saja, tidak perduli dengan penilaian manusia 4. Mengerjakan amal ibadah secara Sempurna, baik ibadah lahir maupun batin 5. alquran dan as sunnah melarang dari hal yang merusak, seperti ghuluw berlebihan, ekstrim karena akan menyeret pada kekufuran dan kesyirikan, juga islam melarang tasyabbuh atau meniru orang musyrik, orang kafir, di mana mereka berpecah belah, bermaksiat, menyekutukan Allah, dsb. Diantara sifat nabi shallallahu alaihi wasallam لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. [Surat At-Tawbah 128] - nabi membawa Syariat islam yaitu syariat yang mudah, bukan untuk mempersulit. - sedih jika umatnya mengalami penderitaan - Nabi berkeinginan kuat untuk menunjukan kepada hidayah - Berkasih sayang terhadap orang mukmin Bagaimana bentuk kasih sayang nabi? Apakah beliau membiarkan umatnya melakukan kesyirikan? Bid’ah? Tidak, Rasulullah menjelaskan dengan tegas, mana tauhid mana syirik, mana sunnah dan mana bid’ah. Di sinilah pentingnya seorang dai meniru Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam berdakwah, apakah disebut sayang pada umat jika membiarkan mereka tidak faham makna laa ilaha illalllah? Tidak! itu tidak sayang, tapi zhalim karena menyembunyikan kebenaran, yang harusnya dai itu memberikan perhatian besar terhadap dakwah La ilaha illallah tauhid Lihatlah bagaimana contoh kasih sayang nabi kepada umatnya - memperingatkan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid, melarang menyembah kubur, batu pohon, dsb - memperingatkan ummat dari jalan yang dapat menghantarkan manusia dari kesyirikan, contohnya berlebihan dalam mengagungkan kuburan ghuluw - nabi sangat keras kepada orang yang ibadah di sisi kuburan orang shaleh, Berikut adalah celaan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam terhadap buruknya ibadah-ibadah di kuburan Beliau mencela Yahudi dan Nashrani yang mengagungkan kuburan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda أُولَئِكَ قَوْمٌ إِذَا مَاتَ فِيهِمْ الْعَبْدُ الصَّالِحُ أَوْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ Mereka adalah suatu kaum yang jika ada hamba shalih atau laki-laki shalih dari mereka meninggal, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan membuatkan patung untuknya. Maka mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah ." HR. Al-Bukhari. 416 beliau Mencela peribadatan di kuburan Karena kerusakan yang disebabkan oleh pengagungan kuburan itu sama atau bahkan lebih buruk dari kesyirikan yang disebabkan batu, pohon atau berhala yang lainnya. Bahkan Rasulullah khawatir kuburan beliau akan disembah, oleh karena itu beliau minta supaya dikuburkan di rumah Aisyah. Jadi Rasulullah tidaklah dikubur di dalam masjid, tapi hal itu terjadi puluhan tahun kemudian ketika masjid mengalami perluasan, karena tidak lagi dapat menampung jemaah. Dan hal demikian juga pernah diperingatkan oleh para sahabat, supaya tidak memasukkan kuburan ke dalam area masjid Lima hari sebelum Rasulullah wafat beliau bersabda mengenai larangan menjadikan kuburan sebagai masjid ُ إِنِّي أَبْرَأُ إِلَى اللَّهِ أَنْ يَكُونَ لِي مِنْكُمْ خَلِيلٌ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَدْ اتَّخَذَنِي خَلِيلًا كَمَا اتَّخَذَ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا مِنْ أُمَّتِي خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا أَلَا وَإِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَانُوا يَتَّخِذُونَ قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ وَصَالِحِيهِمْ مَسَاجِدَ أَلَا فَلَا تَتَّخِذُوا الْقُبُورَ مَسَاجِدَ إِنِّي أَنْهَاكُمْ عَنْ ذَلِكَ Aku berlepas diri kepada Allah dari mengambil salah seorang di antara kalian sebagai kekasih, karena Allah Ta'ala telah menjadikanku sebagai kekasih sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih. Dan kalaupun seandainya aku mengambil salah seorang dari umatku sebagai kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang sebelum kalian itu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih dari mereka sebagai masjid, maka janganlah kalian menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai masjid, karena sungguh aku melarang kalian dari hal itu". HR. Muslim, No. 827 Maksudnya adalah khawatir kuburan dijadikan sebagai tempat ibadah, seperti shalat, membaca al-Quran, walaupun tidak dibangun masjid di atas kuburan itu. Hadits ini Juga termasuk bantahan bagi kelompok syi'ah rafidhah, karena kelompok ini adalah yang pertama menjadikan kuburan sebagai masjid, juga jahmiyah yang mengingkari sifat-sifat Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa Manusia yang paling buruk adalah, orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid إِنَّ مِنْ شِرَارِ النَّاسِ مَنْ تُدْرِكُهُ السَّاعَةُ وَهُمْ أَحْيَاءٌ وَمَنْ يَتَّخِذُ الْقُبُورَ مَسَاجِدَ "Sesungguhnya termasuk seburuk-buruk manusia adalah orang mendapatkan kiamat sementara mereka masih hidup, dan orang yang menjadikan kubur sebagai masjid." HR. Ahmad Makna menjadikan kuburan sebagai masjid -Sujud di atas kuburan -Sujud, shalat, berdoa menghadap kubur -Membangun masjid di atas kubur Bagaimana seharusnya ziarah kubur? 1. Mengucapkan salam 2. mendoakan ahli kubur 3. mengingat kematian, akhirat YANG PALING RASULULLAH KHAWATIRKAN TERHADAP UMATNYA Imam Yang Menyesatkan وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ وَإِذَا وُضِعَ السَّيْفُ فِي أُمَّتِي لَمْ يُرْفَعْ عَنْهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تَعْبُدَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي الْأَوْثَانَ وَإِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَلَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ قَالَ ابْنُ عِيسَى ظَاهِرِينَ ثُمَّ اتَّفَقَا لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ Yang aku kawatirkan atas umatku hanyalah imam-Imam yang menyesatkan, jika sebuah pedang diletakkan di hadapan umatku, maka pedang tersebut tidak terangkat digunakan untuk jihad hingga kiamat datang. Tidak akan datang kiamat hingga sebagian dari umatku menjadi musyrik dan menyembah berhala, sesungguhnya akan ada para pendusta dalam umatku, jumlah mereka tiga puluh orang, semuanya mengaku bahwa dirinya adalah Nabi. padahal aku adalah penutup para Nabi, tidak ada Nabi setelahku. Dan akan senantiasa ada dari umatku yang berada di atas kebenaran, HR Ahmad. Shahih Siapakah imam yang menyesatkan??? Dijelaskan oleh Syaikh Mubarok Furi Yang dimaksud imam yang menyesatkan adalah dai yang mengajak kepada bid'ah, kefasikan, keburukan.... Syirik bisa berubah namanya, namun hakikatnya sama, yaitu beribadah kepada selain Allah, baik itu atas nama tawassul, tabarruk, memuliakan wali, dan semacamnya Maksudnya ada sebagian orang yang tidak mengerti mana tawassul yang boleh, dan mana yang syirik, mana tabarruk yang boleh, dan mana yang menjerumuskan kepada kesyirikan, serta berlebihan dalam memuliakan wali Inilah dakwah nabi, mengajak kepada tauhid, memperingatkan dari kesyirikan...ini adalah dakwah yang hak, bukan dakwah yang keras, bukan Dakwah yang ekstrem... Inilah dakwah yang mengajak kepada persatuan yang hakiki di atas tauhid. Maka mengherankan Jika ada yang menganggap keliru dakwah tauhid ini... Lokasi Tabligh Akbar Al-Musyawarah Grand Mosque Jl. Kelapa Nias Raya, Kelapa Gading, Kelapa Gading Timur, Klp. Gading Tim., Klp. Gading, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14240 021 4531924
23 Apa Tindakan rosullah dalam menangkal Syirik ? 2.4 Bagaimana implementasi rassullah dalam kehidupan manusia ? 1.3 Tujuan Untuk melindungi tauhid. Untuk menutup setiap jalan menuju syirik. Agar kita dijauhkan dari pemahaman yang liberal mengenai syirik. Agar kita memiliki pemahaman yang luas mengenai syirik. BAB II PEMBAHASANUploaded byNabila Delviona Adisri 75% found this document useful 4 votes3K views3 pagesOriginal TitleTindakan Rasulullah dalam Menangkal SyirikCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document75% found this document useful 4 votes3K views3 pagesTindakan Rasulullah Dalam Menangkal SyirikOriginal TitleTindakan Rasulullah dalam Menangkal SyirikUploaded byNabila Delviona Adisri Full descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Usahapositif yang diajarkan oleh Rasulullah dalam menangkal penyebaran wabah antara lain: 1. Menjaga higienitas makanan Memastikan makanan dan minuman selalu dalam kondisi higienis adalah langkah antisipasi yang penting untuk menangkal penyakit atau wabah. Ini adalah langkah yang seyogianya dilakukan setiap Muslim setiap harinya.JAKARTA - Para nabi dan rasul merupakan orang-orang pilihan yang dijaga Allah SWT dari kesalahan dan kesesatan. Mereka merupakan teladan bagi setiap manusia yang mengharapkan keselamatan, baik di dunia maupun akhirat. Di antara mereka, Nabi Muhammad SAW merupakan sang khatamul anbiya. Beliau merupakan pemimpin umat manusia hingga akhir zaman. Beliau berasal dari keturunan yang terbaik sekalipun silsilahnya dirunut hingga manusia pertama, Nabi Adam AS. Hal itu ditegaskan dalam surah asy-Syu'ara ayat 219, yang berbunyi, “Wataqallubaka fii assaajidiin.” Artinya, “Dan melihat pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” Tafsiran Ibnu Abbas atas ayat tersebut ialah, Allah melihat perubahan gerak kejadian Nabi Muhammad SAW di tulang sulbi deretan manusia-sejak Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, hingga kedua orang tua beliau shalallahu alaihi wasallam. Ungkapan as-saajidiin dalam ayat tersebut menegaskan, Rasulullah SAW berasal dari keturunan orang-orang yang bersujud kepada Allah. Artinya, bukan golongan kafir. Maka wajarlah, Nabi Muhammad SAW sejak masih berusia anak-anak membenci segala yang berbau menyekutukan Allah, termasuk perangai menyembah berhala. Tak sekalipun dan tak sedikitpun beliau menaruh simpati pada tata cara ibadah kaum musyrik, apalagi mengikuti mereka. Dikisahkan, suatu kali seseorang pernah menyuruh Muhammad SAW kecil untuk ikut ke tempat pemujaan berhala. Kontan saja, Muhammad kecil menolaknya. Kisah ketegasan beliau saat masih seusia anak-anak dan remaja disampaikan Ibnul Jauzi dalam kitabnya, Al-Wafa. Suatu ketika, Ummu Aiman bercerita sebagai berikut. "Orang-orang Quraisy mengagungkan suatu patung bernama Bawwanah. Berhala itu amat dipuja-puja mereka. Pemujanya sering menggunduli satu sisi kepala. Tak hanya itu, orang-orang musyrik itu juga kerap bermalam di dekat benda tak bernyawa itu bahkan hingga larut malam. Ritual itu memang biasa terjadi sekali dalam setahun. Di antara peserta ritual tersebut adalah Abu Thalib. Muhammad SAW kecil pernah diajak pamannya itu untuk menghadiri acara tahunan itu. Tawaran itu langsung ditolaknya." Ummu Aiman mengenang, begitu mengetahui penolakan Muhammad kecil, Abu Thalib sempat kesal. Kemudian, bibi-bibinya berkata, “Kami mengkhawatirkan perbuatanmu itu menjauhi tuhan kami ini. Apa yang kau inginkan, wahai Muhammad? Engkau tidak menghadiri upacara ini dan tidak meramaikan acara mereka.” Muhammad SAW kecil tak berkata apa-apa. Hanya kemudian pergi menjauh. Beberapa waktu kemudian, ia ingin kembali pulang, tetapi masih menyimpan kegelisahan dan rasa takut. Bibi-bibinya kemudian bertanya, “Apakah yang terjadi padamu?” “Aku takut,” jawab Muhammad. “Allah tidak akan mengujimu dengan setan karena pada dirimu terdapat sifat-sifat baik. Lalu, apa yang engkau lihat?” “Setiap aku melewati berhala, tampaklah olehku seorang laki-laki yang putih dan tinggi berteriak kepadaku, Hati-hati, wahai Muhammad, jangan kau sentuh berhala-berhala itu!’” jelas Muhammad. Demikianlah, tak sekalipun Muhammad SAW mendekati—apalagi menghadiri—ritual pemujaan berhala. Bahkan, ketika beliau masih kecil dan tentunya belum diangkat oleh Allah untuk menjadi utusan-Nya. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini 3NS5Ml.