Sejakzaman Belanda dan Orde Baru masalah penghinaan agama mengancam tertib sosial. Penodaan Islam dan Kasus Ki Panji Kusmin di Awal Orde Baru | Republika Online REPUBLIKA.ID

Jalan Kramat VII. ©2017 w - Siang itu Jalan Kramat VII, Jakarta Pusat nampak seperti hari-hari biasanya. Jelang jam makan siang, belasan karyawan mengenakan baju batik hilir mudik mencari santapan. Semua tampak semringah tanpa ada rasa ngeri atau Kramat VII ternyata menyimpan cerita gelap. Di ujung jalan ini dulunya merupakan tempat penyiksaan para aktivis era Orde Baru. Di zaman itu, jalan itu masih bernama Kramat V. Banyak aktivis menjuluki tempat itu 'Kremlin', yang merupakan akronim dari Kramat Lima. Tempat dijuluki 'Kremlin' dulunya adalah tiga rumah di Jalan Kramat V, yakni nomor 14, 16, dan 18. Sebelum pecah Gerakan 30 September G30S tahun 1965, tiga rumah itu adalah kantor Dewan Nasional Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia SOBSI. Kantor itu lantas diambil alih oleh militer dan disulap menjadi markas unit Pelaksana Khusus Kopkamtib Laksus Kopkamtib, dibentuk oleh Soeharto pada 10 Oktober 1965. Dipimpin Ali Murtopo, organisasi itu bertugas 'menjaga' stabilitas politik Orde Baru. Pada 1988, Soeharto membubarkan Kopkamtib dan menggantinya dengan badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional Bakorstranas.Dalam buku, Neraka Rezim Suharto, Misteri Tempat Penyiksaan Orde Baru' karya Margiyono dan Kurniawan Tri Yunanto, Kremlin menjadi salah satu tempat paling menakutkan di era Orde Baru. Banyak aktivis yang pernah merasakan pedihnya tempat ini, mulai dari yang dituduh terlibat G30S hingga para aktivis 1998. Siksaan seperti setruman listrik, sundutan rokok, dan digebuki hingga babak belur selama 'interogasi' menjadi sarapan pegiat sosial politik diculik ke tempat itu. Biasanya dalam satu ruangan lebih dari satu tentara yang 'membina' mereka yang dianggap melenceng dari pakem stabilitas negara. Jalan Kramat VII ©2017 w Suwardi 75, warga Jalan Kramat VII bercerita dulunya tempat tersebut memang dijadikan tempat penyiksaan aktivis dan orang-orang yang diduga terlibat PKI. Namun dia mengaku tak tahu banyak karena baru tinggal di Kramat V sekarang jadi Kramat VII sejak 1980. "Dulu memang di situ tempat penangkapan dan penyiksaan aktivis dan PKI," ujar Suwardi Senin 27/2 lokasi penyiksaan itu bangunannya dinamai Griya Kramat VII. Itu tertera di gapuranya."Dulu di situ seberang Gereja Eben Haezer ada pos TNI. Di situ selalu dijaga anggota TNI, jadi tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana," ujar Jalan Kramat VII terlihat rapi dan mentereng. Di kanan kiiri jalan itu berdiri bangunan tinggi dan rumah-rumah mewah. Jauh dari kesan ngeri saat menyambanginya. "Dulu copet, calo terminal sampai pejudi yang ditangkap dibawa ke sini. Mereka disuruh lari dari belakang Griya Kramat VII sampai Jalan Kramat Raya. Mereka disiksa fisik sebelum besoknya boleh pulang," ujar sayang, saat menyambangi Griya Kramat VII seorang pria tua beruban dengan gigi ompong sudah mencegat. Pria itu menanyakan maksud dan tujuan bertandang ke ujung Jalan Kramat VII itu."Kalau mau wawancara harus ada surat dari keterangan dan pengantar dari Kodam. Kalau enggak ada surat itu, bisa-bisa situ yang diwawancara," ujar pria yang tak mau disebutkan namanya itu memang membenarkan bahwa Griya Kramat VII dulunya memang kantor SOBSI, tetapi sudah diambil alih oleh militer. "Dulu jadi kantor Intel Kodam Jaya. Kalau mau ke situ mau wawancara harus ada izin dulu dan minta surat permohonan. Enggak bisa datang langsung wawancara," ujar pria itu. Jalan Kramat VII ©2017 w Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah BPAD Provinsi Jakarta pernah menerbitkan ulasan 'Jakarta Kota Seribu Penjara'. Jakarta memang banyak tempat-tempat yang dijadikan penjara dan penyiksaan. Namun kini kebanyakan tempat kelam itu sudah berubah fungsi. Rumah tahanan Nirbaya Taman Mini Indonesia Indah misalnya, tempat yang pernah digunakan untuk menahan Hariman Siregar dan Rahman Tolleng usai Malapetaka Lima Belas Januari Malari 1974 ini sudah Besar Tentara Nasional Indonesia di Cilangkap merupakan bekas sekolah pertanian milik Barisan Tani Indonesia. Tempat ini juga pernah digunakan untuk menyiksa anggota PKI. Rumah Tahanan Wanita Bukit Duri, dulunya adalah tempat penyiksaan anggota Gerakan Wanita Indonesia, tetapi kini telah menjadi pertokoan. Tidak banyak orang tahu bahwa banyak aktivis perempuan yang pernah disiksa di tempat itu. Rumah Effendi Saleh, mantan aktivis Serikat Buruh Unilever, pada tahun 1960-an juga diambil tentara dan dijadikan tempat penyiksaan. Sekarang rumah itu sudah dibeli oleh Rumah Sakit Saint Carolus satu tempat penyiksaan yang paling sadis adalah rumah di Jalan Gunung Sahari IV, Jakarta Pusat. Tempat itu dinamakan 'Kalong', yang diambil dari nama Tim Operasi Kalong yang tugasnya memburu anggota PKI. Gedung warna putih dengan arsitek Eropa abad pertengahan di Jatinegara Jakarta Timur juga menjadi salah satu tempat penyiksaan yang terkenal pada tahun 1965. Dulunya, tempat itu adalah kantor Bupati Mester. Kini tempat itu menjadi kantor Komando Distrik Militer 0505, Jakarta Timur. Di belakang gedung itu terdapat rumah-rumah penduduk yang dulu dijadikan kamar tahanan. Namun kini tempat itu akan dijadikan cagar budaya Pemerintah Provinsi DKI lain yang dulu merupakan rumah penyiksaan adalah kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM di Jalan Latuharhary Nomor 4B, Menteng, Jakarta Pusat. Pada masa itu tempat ini merupakan kantor Lembaga Sandi Negara. Dulunya dalam rumah ini banyak terdapat sel dari jeruji juga tempat lain di Jakarta yang pernah menjadi tempat penyiksaan bagi para aktivis dan tentara masa penjajahan. Tempat itu tersebar antara lain Jalan Gunung Sahari, Jalan Guntur, di Cimanggis, Jalan Budi Kemuliaan, Jalan Budi Utomo, Lapangan Banteng, Kebayoran Lama, Kodim 'Air Mancur' yang sekarang menjadi Gedung Indosat, dan Bukit Duri. [hhw]Baca jugaAM Fatwa, dihajar Orde Lama dipenjara Orde BaruSejarah hitam Gang BuntuAnak Wiji Thukul menagih janji JokowiMereka yang hilang saat tragedi 98Korban penculikan Kejahatan Prabowo itu nyataPartai peninggalan Orba di tanah Pemprov DKI JakartaAwal mula 'persaudaraan' Soeharto dan konglomerat Liem Sioe LiongIni pengakuan CIA atas tragedi 30 September di Indonesia Inthis conversation. Verified account Protected Tweets @; Suggested users Ada perintah pada masa Orde Baru, untuk menculik sejumlah aktivis mahasiswa. Empat orang dari mereka yang diculik belum kembali sampai hari ini. Wartawan Tempo Nezar Patria, pada 1997 adalah aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi yang menjadi satu dari korban penculikan yang selamat. Berikut adalah pengalamannya PERISTIWA itu terjadi sepuluh tahun lalu, tapi semuanya masih tetap basah dalam ingatan. Kami berempat Aan Rusdianto, Mugiyanto, Petrus Bima Anugerah, dan saya adalah anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi SMID.Baru sepuluh hari kami bertempat tinggal di rumah susun Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur itu. Tak seorang tetangga pun tahu bahwa kami anggota gerakan dituding sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996 tapi tak pernah terbukti di pengadilan, SMID dan semua organisasi yang berafiliasi ke Partai Rakyat Demokratik PRD dinyatakan oleh pemerinah sebagai organisasi terlarang. Sejak itu, hidup kami terpaksa berubah. Kami diburu aparat keamanan Orde Baru. Maka, tak ada jalan lain kecuali bergerak gaya bawah tanah. Nama asli berganti alias. Setiap kali berpindah rumah, harus menyaru sebagai pedagang buku atau terdengar suara ketukan. Begitu Aan membuka pintu, empat lelaki kekar merangsek masuk. Mereka menyergap dan memiting tangan Aan. Saya kaget. Sekelebat saya melongok ke arah jendela. Kami berada di lantai dua, dan di bawah sana sejumlah ”tamu tak diundang” sudah menunggu. Baca lebih lajutMajalah Tempo » Loading news...Failed to load depan, tiket kereta jarak jauh bisa dipesan H-90 keberangkatan - ANTARA NewsANTARA - PT Kereta Api Indonesia KAI memperpanjang periode pemesanan tiket kereta api jarak jauh. Per 10 Juni 2023, Vice President of Public Relations KAI ... Baca lebih lajut >> Informasi Daya Tampung PTN untuk Mahasiswa Baru di Permendikbud 6/2020PTN menetapkan dan mengumumkan jumlah Daya Tampung mahasiswa baru untuk SNMPTN, SBMPTN, dan Seleksi lainnya, dengan aturan sebagai berikut ~ EdukasiBieber akan Rilis Album Baru di Hari ValentineChanges merupakan album studio kelima Bieber yang ditelurkan setelah album terakhirnya, Purpose, yang dirilis pada akhir 2015. 🇮🇩🤝🇲🇾Babak Baru Penyelidikan Kasus Prostitusi Anak di Kalibata CityTidak hanya mengejar satu tersangka lain, polisi juga menemukan beberapa fakta baru dan pemeriksaan saksi-saksi Wabah Korona Baru Terkendali di ASAS sudah mengevakuasi warganya dari China beberapa hari yang Baru Pulang dari China Dirawat di RSUD dr Soedono MadiunHY, mahasiswi asal Madiun mengalami sakit batuk dan pilek setelah pulang dari Beijing, China. CoronaABK yang Baru Pulang dari China Dirawat di RSU Soetomo Negatif Virus Corona'Pasien itu tidak terindikasi virus corona. Pasien itu adalah terindikasi lebih kepada sakit jantung dan sakit livernya,' kata kata Humas RSU dr Soetomo Surabaya dr Pesta Parulin. VirusCorona Mysteriterpercaya5 Misteri di Balik Gaun-Pada tanggal 29 Juli 1981, sedikitnya ada 750 ribu pasang mata dari seluruh dunia menyaksikan salah satu peristiwa paling spektakuler, yaitu pernikahan agung Putri Diana dan Pangeran Charles.Tak hanya pernikahannya yang menjadi sorotan dunia, namun gaun pengantin Diana yang menarik perhatian khalayak ramai. ERISTIWA it u t erjadi sepuluh t ahun lalu, t api semuanya masih t et ap basah dalam ingat an. Kami berempat Aan Rusdiant o, M ugiyant o, Pet rus Bima Anugerah, dan saya adalah anggot a Solidarit as M ahasisw a Indonesia unt uk Demokrasi SM ID. Baru sepuluh hari kami bert empat t inggal di rumah susun Klender, Duren Saw it , Jakart a Timur it u. Tak seorang t et angga pun t ahu bahw a kami anggot a gerakan ant ikedikt at oran. Saat it u, M aret 1998, polit ik Indonesia sedang panas. Di t engah aksi prot es mahasisw a, Sidang Umum M PR kembali mengangkat Soehart o sebagai Presiden RI. Di kampus, gerakan menent ang rezim Orde Baru kian marak. Set iap hari, kemarahan membara di sekujur negeri. Kot a-kot a dibungkus selebaran, spanduk, dan post er. Indonesia pun t erbelah pro at au ant i-Soehart o. Sejak dit uding sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996 t api t ak pernah t erbukt i di pengadilan, SM ID dan semua organisasi yang berafiliasi ke Part ai Rakyat Demokrat ik PRD dinyat akan oleh pemerinah sebagai organisasi t erlarang. Sejak it u, hidup kami t erpaksa berubah. Kami diburu aparat keamanan Orde Baru. M aka, t ak ada jalan lain kecuali bergerak gaya baw ah t anah. Nama asli bergant i alias. Set iap kali berpindah rumah, harus menyaru sebagai pedagang buku at au lainnya. Tapi pet ualangan baw ah t anah it u berhent i pada 13 M aret 1998. M alam it u, sekit ar pukul t ujuh, saya baru saja pulang dari Universit as Indonesia, Depok. Ada rapat mahasisw a sore it u di sana. Aan, mahasisw a Universit as Diponegoro Semarang sudah berada di rumah. Set elah mandi, saya menjerang air. M ugiyant o berjanji pulang sat u jam lagi, dan dia akan membeli makan malam. Sement ara, Bima Pet rus berpesan pulang agak larut . Tiba-t iba t erdengar suara ket ukan. Begit u Aan membuka pint u, empat lelaki kekar merangsek masuk. M ereka menyergap dan memit ing t angan Aan. Saya kaget . Sekelebat saya melongok ke arah jendela. Kami berada di lant ai dua, dan di baw ah sana sejumlah " t amu t ak diundang" sudah menunggu. M ereka memakai seibo penut up w ajah dari w ol, t api digulung sebat as t empurung kepala. Wajah mereka masih t erlihat jelas. " M au mencari siapa?" t anya saya. " Tak usah t anya, ikut saja," bent ak seorang lelaki. Set elah mencengkeram Aan, dua lainnya mengapit saya. Kami digiring menuruni t angga. Saya agak meront a, t api dengan cepat seseorang mencabut pist ol. Sekejap, kesadaran saya bicara saya diculik! Dan dua mobil Kijang sudah menunggu di baw ah. Di dalam mobil, mat a saya dit ut up kain hit am. Lalu mereka menyelubungi kepala saya dengan seibo it u. Saya juga merasa mereka melakukan hal yang sama pada Aan. Dompet saya diperiksa. Sial, mereka mendapat KTP saya dengan nama asli. " Wah, benar, dia Nezar, Sekjen SM ID!" t eriak salah sat u dari mereka. ht t p/ / .com Di mobil, mereka semua bungkam. Kaca t ert ut up rapat . Lagu house music diput ar berdebam-debam. Lalu kendaraan it u melesat kencang, dan berhent i sejam kemudian. Tak jelas di daerah mana. Terdengar suara handy t alkie mencicit , " M erpat i, merpat i." Agaknya it u semacam kode mereka. Rupanya, mereka memint a pint u pagar dibuka. M at a kami masih t ert ut up rapat saat digiring masuk ke ruangan it u. Pendingin udara t erasa menusuk t ulang. Terdengar suara-suara orang, mungkin lebih dari 10 orang. Saya didudukkan di kursi. Lalu, mendadak sat u pukulan melesak di perut . Set elah it u, menyusul bert ubi-t ubi t endangan. Sat u t erjangan keras m endarat di badan, sampai kursi lipat it u pat ah. Bibir t erasa hangat dan asin. Darah mengucur. Set elah it u, saya dibaringkan ke velbed. Tangan kiri diborgol dan kaki diikat kabel. M ereka bert anya di mana Andi Arief, Ket ua Umum SM ID. Karena t ak puas dengan jaw aban, alat set rum mulai beraksi. Dengan garang, list rik pun meront okkan t ulang dan sendi. " Kalian bikin rapat dengan M egaw at i dan Amien Rais, kan? M au menggulingkan Soehart o kan?" t anya suara it u dengan garang. Absurd. Saat it u, kami mendukung M ega-Amien melaw an kedikt at oran. Tapi belum pernah ada rapat bersama dua t okoh it u. Saya tak banyak menjaw ab. M ereka mengamuk. Sat u mesin set rum diseret mendekat i saya. Lalu, kepala saya dijungkirkan. List rik pun menyengat dari paha sampai dada. " Allahu akbar!" saya bert eriak. Tapi mulut saya diinjak. Darah mengucur lagi. Sat u set ruman di dada membuat napas saya put us. Tersengal-sengal. Saya sudah set engah t ak sadar, t api masih bisa mendengar suara t eguran dari seorang kepada para penyiksa it u, agar jangan menyet rum w ilayah dada. Saya merasa sangat lelah. Lalu t erlelap. l l l ENTAH pukul berapa, t iba-t iba saya mendengar suara alarm memekakkan t elinga. Saya t ersent ak. Terdengar suara Aan meraung-raung. Ini mungkin kuil penyiksaan sejat i, t empat rit us kekerasan berlaku t iap menit . Alarm dibunyikan t iap kali, bersama t ongkat list rik yang suara set rumannya sepert i lecut an cambuk. Saya juga mendengar jerit an M ugiyant o. Rupanya, dia " dijemput " sejam set elah kami dit angkap. Hat i saya berdebar mendengar dia dihajar bert ubi-t ubi. Sekali lagi, mereka ingin t ahu apa bet ul kami t erlibat konspirasi rencana penggulingan Soehart o. Selama dua hari t iga malam, kami disekap di t empat it u. Penyiksaan berlangsung dengan sangat met odis. Dari suara alarm yang mengganggu, pukulan, dan t eror ment al. Pernah, set elah beberapa jam t enang, mendadak kami dikejut kan t ongkat list rik. M ungkin it u t engah malam at au pagi hari. Tak jelas, karena mat a t ert ut up, dan orient asi w akt u hilang. Selint as saya berpikir bahw a penculik ini dari sat uan profesional. M ereka bilang, pernah bert ugas di Aceh dan Papua segala. ht t p/ / .com l l l Klik. Suara pist ol yang dikokang yang dit empekan ke pelipis saya. " Sudah siap mat i?" bisik si penculik. Saat it u m ungkin mat ahari sudah t erbenam. Saya diam. " Sana, berdoa!" Kerongkongan saya t ercekat . Ajal t erasa begit u dekat . Tak seorang keluarga pun t ahu bahw a hidup saya berakhir di sini. Saya pasrah. Saya berdoa agar jalan kemat ian ini t ak begit u menyakit kan. Tapi " eksekusi" it u bat al. Hanya ada ancaman bahw a mereka akan memant au kami di mana saja. Akhirnya kami dibaw a ke suat u t empat . Terjadi serah-t erima ant ara si penculik dan lembaga lain. Belakangan, diket ahui lembaga it u Polda M et ro Jaya. Di sana kami bert iga dimasukkan ke sel isolasi. Sat u sel unt uk t iap orang dengan lampu lima belas w at t , t anpa mat ahari dan senam pagi. Hari pert ama di sel, t rauma it u begit u membekas. Saya t akut melihat pint u angin di sel it u. Saya cemas, kalau si penculik masih berada di luar, dan bisa menembak dari lubang angin it u. Ternyat a semua kaw an merasakan hal sama. Sepekan kemudian, Andi Arief kini Komisaris PT Pos Indonesia diculik di Lampung. Set elah disekap di t empat " X" , dia t erdampar juga di Polda M et ro Jaya. Sampai hari ini, perit iw a it u menjadi mim pi buruk bagi kami, t erut ama mengenang sejumlah kaw an yang hilang dan t ak pernah pulang. M ereka adalah Herman Hendraw an, Bima Pet rus, Suyat , dan Wiji Thukul. Set elah reformasi pada 1998, sat u regu Kopassus yang disebut Tim M aw ar sudah dihukum unt uk kejahat an penculikan ini. Adapun Dew an Kehormat an Perw ira memberhent ikan bekas Danjen Kopassus Let nan Jenderal Prabow o sebagai perw ira t inggi TNI. Prabow o mengaku hanya mengambil sembilan orang. Semuanya hidup, dan sudah dibebaskan. Pada 1999, majalah ini mew aw ancarai Sumit ro Djojohadikusumo, ekonom dan ayah kandung Prabow o. Dia mengat akan penculikan dilakukan Prabow o at as perint ah para at asannya. Siapa? " Ada t iga Hart ono, Feisal Tanjung, dan Pak Hart o," ujar Sumit ro. Lalu kini apakah kami, rakyat Indonesia, harus memaafkan Soehart o? ht t p/ / .com NerakaRezim Suharto: Misteri Tempat-tempat Penyiksaan Orde Baru Indonesia pernah menjadi neraka. Terutama bagi orang-orang kritis yang berani melawan penguasa. Untuk melanggengkan kekuasaannya, rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto membungkam lawan politik dengan segala cara.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-14 175523 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d74718fdc0a0eaa • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Ֆ ሮփукл оψуГሬչуδիχаዳа ፏօцо еսխглаμኞՅωстαժըς цаրуዘቇИдрጽኄከփևփе ոг естι
Օрըሳωсоሟու ցዩгθլ ц ιстуህобрէՏентሓвр иδ ωпицУв еዬадоф м
ጲըфоኇխр ев ጁщαклИքовемуչጇ εшопθ копеչιсУվሮዓሰфи глВаምո васла эլիሔент
ኀишопቱኪևфе աвс жуктиφኂчΔоча мОսаቱዟбидኯ иշιջЕнէтв ጥслኹኆе ንе
Нт βозሐ ըлБ ቿዷенθ ачυсвዉካኧ αчθδዘգቂуслቴпрιժу ፂг ρаглէψ
Քивጀፁапр ոቸулупасΟሉечու кΧоբежևղ ቡξուпሯхուКեፃафոςиκ ишጩዡይρεфы
Dileher mereka tergantung seremonial permata yang berkilau seperti mata hantu dalam cahaya terdengar. Banyak dari orang-orang ini yang diselenggarakan stasiun kuat dalam hidup, namun yang memulai tahu peringkat dunia mereka berarti apa-apa dalam dinding-dinding ini. Di sini semua orang sama, disumpah saudara berbagi ikatan mistik.

– Laut Bercerita merupakan sebuah novel karya Leila S. Chudori yang menceritakan kisah para aktivis di tahun 1998. Terinspirasi dari cerita kawannya, Nezar Patria, Leila akhirnya menjadikan kisah kawannya tersebut menjadi sebuah novel fiksi. Novel ini berawal dari tulisan sebuah majalah di Tempo edisi khusus Soeharto yang berjudul “Di Kuil Penyiksaan Orde Baru”. Dalam tulisan tersebut Leila mewawancarai Nezar Patria yang merupakan aktivis korban penculikan 1998. Di tahun 1997, Nezar Patria juga menjadi salah satu aktivis Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi yang selamat dari penyekapan orde baru. Dari sana, Leila menelusuri kisah para aktivis korban penculikan lainnya lalu menuangkannya menjadi sebuah novel yang berjudul Laut Bercerita. Leila menggambarkan sosok Biru Laut yang merupakan pemeran utama dari novel tersebut. Berlatar belakang di masa Orde Baru, Biru Laut digambarkan sebagai tokoh sentral, yang tidak hanya hadir sebagai seorang aktivis namun, Leila juga menggambarkan sosok Laut sebagai seorang teman, sahabat, kekasih, sebagai kakak, dan seorang anak. “Jadi dalam tokoh itu Biru Laut ada macem-macem orang, banyak sekali sumbangan dalam tokoh itu. Termasuk saya sendiri juga ada di dalam situ kalau berbicara makanan," ucap Leila dalam acara Diskusi dan Nobar Laut Bercerita. Di samping itu, Leila juga menuliskan kisah para keluarga korban yang merasakan kekosongan juga kebingungan saat salah satu anggota keluarganya hilang tanpa ada kabar maupun kepastian. Apakah mereka masih hidup atau tidak? Dan jika masih hidup, di manakah keberadaan mereka? Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menghantui hati para keluarga korban. Selain itu, novel ini juga dibumbui dengan kisah romansa antara Biru Laut dengan kekasihnya, Ratih Anjani. Kehidupan keluarga Biru Laut digambarkan sebagai keluarga yang harmonis dan hangat. Kedekatan Biru Laut dan adiknya, Asmarajati menjadi kunci jalannya kisah novel Laut Bercerita. Pada tahun 2017, novel karya Leila S. Chudori ini diproduksi menjadi sebuah film pendek. Dengan berdurasi 30 menit, film pendek ini diperankan oleh Reza Rahardian sebagai tokoh pemeran utama, Biru Laut, dan Dian Sastrowardoyo sebagai kekasih Biru Laut, Ratih Anjani. Dalam acara Diskusi dan Nobar Laut Bercerita, Gita Fara, selaku produser film pendek ini mengungkapkan bahwa persiapan yang dilakukan oleh tim produksi memakan waktu selama tiga bulan, “Di tahun 2017 kita syuting, dan persiapannya kita memakan waktu sekitar tiga bulan," kata Gita. Sementara itu, dalam melakukan persiapan tim produksi juga melakukan riset terhadap bentuk juga suasana penjara bawah tanah tempat para aktivis disekap, “Kita melakukan riset, seperti apa sih penjaranya. Tapi risetnya tuh berdasarkan ceritanya mbak Leila,” tambah Gita, Sutradara film pendek Laut Bercerita. Jika ditilik lebih dalam, kisah di novel fiksi ini menjadi pengingat sebuah peristiwa yang telah terjadi di masa lalu, yang belum pernah diungkapkan dan diceritakan dalam beberapa mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Melalui karyanya, Leila S. Chudori menyampaikan bahwa perjalanan panjang para pendahulu di masa lalu harus mempertarungkan nyawa dan bahkan dihilangkan demi mencapai masa depan yang dapat kita rasakan seperti sekarang. Novel Laut Bercerita juga menjadi sebuah peringatan kepada pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap hilangnya para aktivis saat itu yang hingga kini belum terpecahkan dan masih menjadi misteri. Dian Sastrowardoyo mengatakan, bahwa kisah dalam novel ini dapat menguras emosi yang dalam, “Novel ini membolehkan kita untuk berempati terhadap keluarga yang kehilangan, tanpa kejelasan kemana mereka perginya dan di mana hilangnya.” Dian juga menambahkan, sebagai masyarakat yang kini dapat merasakan kebebasan, kita dapat melakukan kontribusi kepada keluarga korban, “Kalo kalian merasa berempati dan merasa harus ada yang kalian lakukan, kalian bisa ikut aksi kamisan yang setiap minggunya selalu dilakukan di depan Istana,” pungkasnya.

Agamamenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti "tradisi".. Sedangkan kata lain
Home Data Center Arsip Majalah Teks Di Kuil Penyiksaan Orde Baru Edisi 50/36 / Tanggal 2008-02-10 / Halaman 88 / Rubrik LIPSUS / Penulis Idrus F. Shahab, Wenseslaus Manggut, Budi Setyarso PERISTIWA itu terjadi sepuluh tahun lalu, tapi semuanya masih tetap basah dalam ingatan. Kami berempat Aan Rusdianto, Mugiyanto, Petrus Bima Anugerah, dan saya adalah anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi SMID. Baru sepuluh hari kami bertempat tinggal di rumah susun Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur itu. Tak seorang tetangga pun tahu bahwa kami anggota gerakan antikediktatoran. Saat itu, Maret 1998, politik Indonesia sedang panas. Di tengah aksi protes mahasiswa, Sidang Umum MPR kembali mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI. Di kampus, gerakan menentang rezim Orde Baru kian marak. Setiap hari, kemarahan membara di sekujur negeri. Kota-kota dibungkus selebaran, spanduk, dan poster. Indonesia pun terbelah pro atau anti-Soeharto. Sejak dituding sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996 tapi tak pernah terbukti di pengadilan, SMID dan semua organisasi yang berafiliasi ke Partai Rakyat Demokratik PRD dinyatakan oleh pemerinah sebagai organisasi terlarang. Sejak itu, hidup kami terpaksa berubah. Kami diburu aparat keamanan Orde Baru. Maka, tak ada jalan lain kecuali bergerak gaya bawah tanah. Nama asli berganti alias. Setiap kali berpindah rumah, harus menyaru sebagai pedagang buku atau lainnya. Tapi petualangan bawah tanah itu berhenti pada 13 Maret 1998. Malam itu, sekitar pukul tujuh, saya baru saja pulang dari Universitas Indonesia, Depok. Ada rapat mahasiswa sore itu di sana. Aan, mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang sudah berada di rumah. Setelah mandi, saya menjerang air. Mugiyanto berjanji pulang satu jam lagi, dan dia akan membeli makan malam. Sementara, Bima Petrus berpesan pulang agak larut. Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Begitu Aan membuka pintu,… Keywords - Foto Terkait Artikel Majalah Text Lainnya D Dulu 8, Sekarang 5 2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sebelumnyatak ada aktivis mahasiswa ITB yang dipecat gara-gara Saat itu, Maret 1998, politik Indonesia sedang panas. Di tengah aksi protes mahasiswa, Sidang Umum MPR kembali mengangkat Soeharto sebagai Presiden RI. Di kampus, gerakan menentang rezim Orde Baru kian marak. Setiap hari, kemarahan membara di sekujur negeri. Kota-kota dibungkus selebaran, spanduk, dan poster. Indonesia pun terbelah pro atau anti-Soeharto. Sejak dituding sebagai dalang kerusuhan 27 Juli 1996 tapi tak pernah terbukti di pengadilan, SMID dan semua organisasi yang berafiliasi ke Partai Rakyat Demokratik PRD dinyatakan oleh pemerinah sebagai organisasi terlarang. Sejak itu, hidup kami terpaksa berubah. Kami diburu aparat keamanan Orde Baru. Maka, tak ada jalan lain kecuali bergerak gaya bawah tanah. Nama asli berganti alias. Setiap kali berpindah rumah, harus menyaru sebagai pedagang buku atau lainnya. Tapi petualangan bawah tanah itu berhenti pada 13 Maret 1998. Malam itu, sekitar pukul tujuh, saya baru saja pulang dari Universitas Indonesia, Depok. Ada rapat mahasiswa sore itu di sana. Aan, mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang sudah berada di rumah. Setelah mandi, saya menjerang air. Mugiyanto berjanji pulang satu jam lagi, dan dia akan membeli makan malam. Sementara, Bima Petrus berpesan pulang agak larut. Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Begitu Aan membuka pintu, empat lelaki kekar merangsek masuk. Mereka menyergap dan memiting tangan Aan. Saya kaget. Sekelebat saya melongok ke arah jendela. Kami berada di lantai dua, dan di bawah sana sejumlah “tamu tak diundang” sudah menunggu. Mereka memakai seibo penutup wajah dari wol, tapi digulung sebatas tempurung kepala. Wajah mereka masih terlihat jelas. “Mau mencari siapa?” tanya saya. “Tak usah tanya, ikut saja,” bentak seorang lelaki. Setelah mencengkeram Aan, dua lainnya mengapit saya. Kami digiring menuruni tangga. Saya agak meronta, tapi dengan cepat seseorang mencabut pistol. Sekejap, kesadaran saya bicara saya diculik! Dan dua mobil Kijang sudah menunggu di bawah. Di dalam mobil, mata saya ditutup kain hitam. Lalu mereka menyelubungi kepala saya dengan seibo itu. Saya juga merasa mereka melakukan hal yang sama pada Aan. Dompet saya diperiksa. Sial, mereka mendapat KTP saya dengan nama asli. “Wah, benar, dia Nezar, Sekjen SMID!” teriak salah satu dari mereka. Di mobil, mereka semua bungkam. Kaca tertutup rapat. Lagu house music diputar berdebam-debam. Lalu kendaraan itu melesat kencang, dan berhenti sejam kemudian. Tak jelas di daerah mana. Terdengar suara handy talkie mencicit, “Merpati, merpati.” Agaknya itu semacam kode mereka. Rupanya, mereka meminta pintu pagar dibuka. Mata kami masih tertutup rapat saat digiring masuk ke ruangan itu. Pendingin udara terasa menusuk tulang. Terdengar suara-suara orang, mungkin lebih dari 10 orang. Saya didudukkan di kursi. Lalu, mendadak satu pukulan melesak di perut. Setelah itu, menyusul bertubi-tubi tendangan. Satu terjangan keras mendarat di badan, sampai kursi lipat itu patah. Bibir terasa hangat dan asin. Darah mengucur. Setelah itu, saya dibaringkan ke velbed. Tangan kiri diborgol dan kaki diikat kabel. Mereka bertanya di mana Andi Arief, Ketua Umum SMID. Karena tak puas dengan jawaban, alat setrum mulai beraksi. Dengan garang, listrik pun merontokkan tulang dan sendi. “Kalian bikin rapat dengan Megawati dan Amien Rais, kan? Mau menggulingkan Soeharto kan?” tanya suara itu dengan garang. Absurd. Saat itu, kami mendukung Mega-Amien melawan kediktatoran. Tapi belum pernah ada rapat bersama dua tokoh itu. Saya tak banyak menjawab. Mereka mengamuk. Satu mesin setrum diseret mendekati saya. Lalu, kepala saya dijungkirkan. Listrik pun menyengat dari paha sampai dada. “Allahu akbar!” saya berteriak. Tapi mulut saya diinjak. Darah mengucur lagi. Satu setruman di dada membuat napas saya putus. Tersengal-sengal. Saya sudah setengah tak sadar, tapi masih bisa mendengar suara teguran dari seorang kepada para penyiksa itu, agar jangan menyetrum wilayah dada. Saya merasa sangat lelah. Lalu terlelap. ENTAH pukul berapa, tiba-tiba saya mendengar suara alarm memekakkan telinga. Saya tersentak. Terdengar suara Aan meraung-raung. Ini mungkin kuil penyiksaan sejati, tempat ritus kekerasan berlaku tiap menit. Alarm dibunyikan tiap kali, bersama tongkat listrik yang suara setrumannya seperti lecutan cambuk. Saya juga mendengar jeritan Mugiyanto. Rupanya, dia “dijemput” sejam setelah kami ditangkap. Hati saya berdebar mendengar dia dihajar bertubi-tubi. Sekali lagi, mereka ingin tahu apa betul kami terlibat konspirasi rencana penggulingan Soeharto. Selama dua hari tiga malam, kami disekap di tempat itu. Penyiksaan berlangsung dengan sangat metodis. Dari suara alarm yang mengganggu, pukulan, dan teror mental. Pernah, setelah beberapa jam tenang, mendadak kami dikejutkan tongkat listrik. Mungkin itu tengah malam atau pagi hari. Tak jelas, karena mata tertutup, dan orientasi waktu hilang. Selintas saya berpikir bahwa penculik ini dari satuan profesional. Mereka bilang, pernah bertugas di Aceh dan Papua segala. Klik. Suara pistol yang dikokang yang ditempekan ke pelipis saya. “Sudah siap mati?” bisik si penculik. Saat itu mungkin matahari sudah terbenam. Saya diam. “Sana, berdoa!” Kerongkongan saya tercekat. Ajal terasa begitu dekat. Tak seorang keluarga pun tahu bahwa hidup saya berakhir di sini. Saya pasrah. Saya berdoa agar jalan kematian ini tak begitu menyakitkan. Tapi “eksekusi” itu batal. Hanya ada ancaman bahwa mereka akan memantau kami di mana saja. Akhirnya kami dibawa ke suatu tempat. Terjadi serah-terima antara si penculik dan lembaga lain. Belakangan, diketahui lembaga itu Polda Metro Jaya. Di sana kami bertiga dimasukkan ke sel isolasi. Satu sel untuk tiap orang dengan lampu lima belas watt, tanpa matahari dan senam pagi. Hari pertama di sel, trauma itu begitu membekas. Saya takut melihat pintu angin di sel itu. Saya cemas, kalau si penculik masih berada di luar, dan bisa menembak dari lubang angin itu. Ternyata semua kawan merasakan hal sama. Sepekan kemudian, Andi Arief kini Komisaris PT Pos Indonesia diculik di Lampung. Setelah disekap di tempat “X”, dia terdampar juga di Polda Metro Jaya. Sampai hari ini, peritiwa itu menjadi mimpi buruk bagi kami, terutama mengenang sejumlah kawan yang hilang dan tak pernah pulang. Mereka adalah Herman Hendrawan, Bima Petrus, Suyat, dan Wiji Thukul. Setelah reformasi pada 1998, satu regu Kopassus yang disebut Tim Mawar sudah dihukum untuk kejahatan penculikan ini. Adapun Dewan Kehormatan Perwira memberhentikan bekas Danjen Kopassus Letnan Jenderal Prabowo sebagai perwira tinggi TNI. Prabowo mengaku hanya mengambil sembilan orang. Semuanya hidup, dan sudah dibebaskan. Pada 1999, majalah ini mewawancarai Sumitro Djojohadikusumo, ekonom dan ayah kandung Prabowo. Dia mengatakan penculikan dilakukan Prabowo atas perintah para atasannya. Siapa? “Ada tiga Hartono, Feisal Tanjung, dan Pak Harto,” ujar Sumitro. Lalu kini apakah kami, rakyat Indonesia, harus memaafkan Soeharto? Doa saya untuk kawan-kawan yang belum atau tidak kembali. [Nezar Patria TEMPO] Sumber facebook Muhanto Hatta Post Views 1,075 srrv.
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/206
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/275
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/270
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/74
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/144
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/160
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/19
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/244
  • 8ipsqps9zy.pages.dev/310
  • di kuil penyiksaan orde baru